Pantai Sawai ini berada di pulau Sawai kawasan kepulauan Seram Maluku.Di sekitar Pulau Seram terdapat beberapa pulau kecil yang menarik untuk dikunjungi antara lain Pulau Sawai dan Pulau Raja yang berada di lepas pantai di dekat Sawai ada sebuah desa yang berada di kawasan pantai utara Pulau Seram. Desa Sawai di pesisir utara Pulau Seram ini merupakan tujuan wisata utama yang potensial di Maluku. Desa ini merupakan desa nelayan yang sebagian besar rumah penduduknya dibangun di atas laut. Sebelah Selatan desa berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Manusela yang merupakan kawasan wisata alam dengan keragaman flora dan faunanya.
Thursday, July 14, 2011
Wednesday, July 13, 2011
TRADISI PUKUL SAPU: Warisan Telukabessy di Negeri Seribu Bukit
Sebanyak 40 pria berbadan kekar berjalan tegap memasuki arena di pelataran Masjid Besar Morella diiringi teriakan penonton. Mereka bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek dan ikat kepala merah serta menggenggam seikat lidi enau.
Mereka adalah petarung yang akan menghadirkan jejak perjuangan Kapitan Telukabessy melalui atraksi pukul sapu.
Tradisi pukul sapu digelar sekali setahun pada 7 Syawal. Tahun ini digelar pada 8 Oktober. Budaya yang telah bertahan ratusan tahun ini berakar pada perjuagan Kapitan Telukabessy yang memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan VOC tahun 1636-1646. Setelah dikalahkan , Kapitan Telukabessy dihukum mati . Pasukannya kemudian membubarkan diri dengan cara pukul sapu.
Tradisi ini kemudian bertahan hingga kini di Desa Morella dan Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku . Para pemuda dan lelaki dewasa ikut dalam pukul sapu di Morella dan Mamala. Ikut pukul sapu merupakan kebanggaan dan ujian kejantanan sebagai seorang laki-laki.
Acara itu ditonton oleh ribuan warga Maluku dan beberapa wisatawan mancanegara. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari 20 orang. Tiap petarung berdiri berhadapan dengan petarung dari kelompok lain di tengah arena berukuran lapagan bola kaki. Tiap orang memegang batang lidi enau untuk disabetkan. Lidi diganti baru jika rusak atau patah.
Kelompok yang mendapat giliran memukul, mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak sebatang lidi. Peserta dari kelompok lawan berdiri sambil mengangkat lidi di atas kepala dan membiarkan bagian tubuhnya untuk disabet lidi. Saat wasit meniup pluit, para peserta menyabetkan lidi ke tubuh lawan diiringi teriakan penggugah semangat.
Sabetan lidi meninggalkan bilur-bilur pada kulit pinggang, dada, dan punggung. Darah keluar dari kulit yang robek. Kerenyitan menahan sakit tampak di wajah para peserta. Giliran memukul berganti setelah lawan mundur terpojok kedekat penonton yang mengelilingi arena.
“Dalam tradisi ini tidak ada dendam, karena pukul sapu merupakan simbol persaudaraan. Para pejuang dari berbagai daerah di Maluku, Gowa (Sulawesi Selatan) dan Mataram (Jawa) pernah bersatu melawan penjajah di sini, “ tutur Abdul Kadir Latukau, Raja Negeri Morella.
Luka-luka di tubuh peserta pukul sapu merupakan simbol untuk mengenang persatuan para pejuang di bawah pimpinan Kapitan Telukabessy.
Perang Kapahaha
Dalam buku acara dipaparkan, perang berawal dari pengepungan Benteng Kapahaha milik warga Maluku dan pendirian markas VOC di Teluk Sawatelu pada tahun 1636. Pada puncak perang yang terjadi tujuh hari tujuh malam, para pejuang terdesak karena diserang dari darat dan tembakan meriam kapal-kapal VOC, Benteng Kapahaha akhirnya dikuasai Belanda, tetapi Kapitan Telukabessy lolos.
Pejuang yang tertangkap ditawan di Teluk Sawatelu dan sebagian dibawa ke Batavia. Telukabessy diberi pilihan, menyerahkan diri atau para tawanan dibunuh. Pada 19 Agustus 1946, Telukabessy menyerahkan diri ke Komandan Verheijden. Ia dihukum gantung oleh Gubernur Amboina Gerard Demmer di Benteng Victoria Ambon pada 13 September 1946.
Para tawanan yang ditawan selama tiga bulan dibebaskan pada 27 Oktober 1946. Para pejuang kemudian pulang ke daerah asal masing-masing. Pada upacara pelepasan, selain terian adat dan lagu-lagu daerah , juga dilakukan acara pukul sapu oleh para pemuda Kapahaha.
Atraksi budaya ini menarik wisatawan mancanegara. Dua wisatawan dari Inggris dan Belanda ikut dalam acara pukul sapu di Mamala. Mereka merasakan sabetan lidi enau dan diobati oleh minyak mamala.
“Rasanya tidak terlalu sakit. Ini luar biasa bisa ikut acara ini. Semoga minyak mamala bisa menyembuhkan luka-luka ini,” ujar Tom William (65) dari Inggris.
Menurut seorang pemuda Mamala, Hanfry (26), rasa sakitnya seperti terkena setrum listrik. Setelah diolesi minyak mamala, rasanya hangat walau sakitnya tetap terasa. Setelah tiga hari, luka akan kering dan sembuh.
Minyak mamala terbuat dari minyak kelapa yang diberi doa-doa secara Islam oleh para tetua adat dan pemuka agama di rumah Raja Mamala. Di Morella, luka sabetan diobati dengan getah jarak.
Tradisi pukul sapu penuh dengan petuah untuk saling menjaga persatuan dan persaudaraan. Petuah yang tercantum dalam kapata (syair) kuno di Mamala dan Morella itu diharapkan bisa menyatukan setiap anak negeri di wilayah penuh bukit itu. Kerukunan diharapkan akan memajukan daerah pengjasil ikan , pala, cengkeh, coklat, dammar, rotan, dan sagu itu.
Mereka adalah petarung yang akan menghadirkan jejak perjuangan Kapitan Telukabessy melalui atraksi pukul sapu.
Tradisi pukul sapu digelar sekali setahun pada 7 Syawal. Tahun ini digelar pada 8 Oktober. Budaya yang telah bertahan ratusan tahun ini berakar pada perjuagan Kapitan Telukabessy yang memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan VOC tahun 1636-1646. Setelah dikalahkan , Kapitan Telukabessy dihukum mati . Pasukannya kemudian membubarkan diri dengan cara pukul sapu.
Tradisi ini kemudian bertahan hingga kini di Desa Morella dan Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku . Para pemuda dan lelaki dewasa ikut dalam pukul sapu di Morella dan Mamala. Ikut pukul sapu merupakan kebanggaan dan ujian kejantanan sebagai seorang laki-laki.
Acara itu ditonton oleh ribuan warga Maluku dan beberapa wisatawan mancanegara. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari 20 orang. Tiap petarung berdiri berhadapan dengan petarung dari kelompok lain di tengah arena berukuran lapagan bola kaki. Tiap orang memegang batang lidi enau untuk disabetkan. Lidi diganti baru jika rusak atau patah.
Kelompok yang mendapat giliran memukul, mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak sebatang lidi. Peserta dari kelompok lawan berdiri sambil mengangkat lidi di atas kepala dan membiarkan bagian tubuhnya untuk disabet lidi. Saat wasit meniup pluit, para peserta menyabetkan lidi ke tubuh lawan diiringi teriakan penggugah semangat.
Sabetan lidi meninggalkan bilur-bilur pada kulit pinggang, dada, dan punggung. Darah keluar dari kulit yang robek. Kerenyitan menahan sakit tampak di wajah para peserta. Giliran memukul berganti setelah lawan mundur terpojok kedekat penonton yang mengelilingi arena.
“Dalam tradisi ini tidak ada dendam, karena pukul sapu merupakan simbol persaudaraan. Para pejuang dari berbagai daerah di Maluku, Gowa (Sulawesi Selatan) dan Mataram (Jawa) pernah bersatu melawan penjajah di sini, “ tutur Abdul Kadir Latukau, Raja Negeri Morella.
Luka-luka di tubuh peserta pukul sapu merupakan simbol untuk mengenang persatuan para pejuang di bawah pimpinan Kapitan Telukabessy.
Perang Kapahaha
Dalam buku acara dipaparkan, perang berawal dari pengepungan Benteng Kapahaha milik warga Maluku dan pendirian markas VOC di Teluk Sawatelu pada tahun 1636. Pada puncak perang yang terjadi tujuh hari tujuh malam, para pejuang terdesak karena diserang dari darat dan tembakan meriam kapal-kapal VOC, Benteng Kapahaha akhirnya dikuasai Belanda, tetapi Kapitan Telukabessy lolos.
Pejuang yang tertangkap ditawan di Teluk Sawatelu dan sebagian dibawa ke Batavia. Telukabessy diberi pilihan, menyerahkan diri atau para tawanan dibunuh. Pada 19 Agustus 1946, Telukabessy menyerahkan diri ke Komandan Verheijden. Ia dihukum gantung oleh Gubernur Amboina Gerard Demmer di Benteng Victoria Ambon pada 13 September 1946.
Para tawanan yang ditawan selama tiga bulan dibebaskan pada 27 Oktober 1946. Para pejuang kemudian pulang ke daerah asal masing-masing. Pada upacara pelepasan, selain terian adat dan lagu-lagu daerah , juga dilakukan acara pukul sapu oleh para pemuda Kapahaha.
Atraksi budaya ini menarik wisatawan mancanegara. Dua wisatawan dari Inggris dan Belanda ikut dalam acara pukul sapu di Mamala. Mereka merasakan sabetan lidi enau dan diobati oleh minyak mamala.
“Rasanya tidak terlalu sakit. Ini luar biasa bisa ikut acara ini. Semoga minyak mamala bisa menyembuhkan luka-luka ini,” ujar Tom William (65) dari Inggris.
Menurut seorang pemuda Mamala, Hanfry (26), rasa sakitnya seperti terkena setrum listrik. Setelah diolesi minyak mamala, rasanya hangat walau sakitnya tetap terasa. Setelah tiga hari, luka akan kering dan sembuh.
Minyak mamala terbuat dari minyak kelapa yang diberi doa-doa secara Islam oleh para tetua adat dan pemuka agama di rumah Raja Mamala. Di Morella, luka sabetan diobati dengan getah jarak.
Tradisi pukul sapu penuh dengan petuah untuk saling menjaga persatuan dan persaudaraan. Petuah yang tercantum dalam kapata (syair) kuno di Mamala dan Morella itu diharapkan bisa menyatukan setiap anak negeri di wilayah penuh bukit itu. Kerukunan diharapkan akan memajukan daerah pengjasil ikan , pala, cengkeh, coklat, dammar, rotan, dan sagu itu.
Wisata Bahari Laut BANDA
Kegiatan pelancong wisata bahari di perairan Banda beraneka ragam, seperti melihat taman laut dari atas perahu, menyelam, memancing ikan tuna dan cakalang, melihat ikan paus, lumba-lumba, burung laut dan menyaksikan Arombai Manggurebe (Lomba Belang atau balap perahu).
Wisata bahari ini dapat dilakukan pada musim teduh (musim laut tidak berombak), yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei, September. Oktober dan Nopember. Berwisata di sini benar-benar mengasikkan karena wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk menangkap ikan tuna dan cakalang.
Keistimewaan
Taman Laut Banda memiliki 350 spesies biota laut, termasuk berbagai jenis kerang purba yang saat ini hampir punah. Keindahan taman laut yang di dalamnya terdapat berbagai macam ikan, akan semakin memanjakan para penyelam.
Lokasi
Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
Akses
Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari Kota Ambon selama satu malam dengan harga tiket Rp 80.000.
Tiket
Setiap pengunjung tidak dikenakan biaya masuk ke lokasi.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Jasa pelayanan guide dapat membantu wisatawan untuk menggunakan alat-alat pancing, sekaligus menjelaskan proses penangkapan ikan cakalang yang dilakukan oleh nelayan.
Di Pulau Banda terdapat banyak toko yang menjual berbagai souvenir, seperti miniatur kapal dalam botol, anyaman bambu alat memetik pala dan benda-benda replika peninggalan Belanda dan Portugis. Terdapat pula beberapa guest house yang disewakan untuk menginap.
Wisata bahari ini dapat dilakukan pada musim teduh (musim laut tidak berombak), yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei, September. Oktober dan Nopember. Berwisata di sini benar-benar mengasikkan karena wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk menangkap ikan tuna dan cakalang.
Keistimewaan
Taman Laut Banda memiliki 350 spesies biota laut, termasuk berbagai jenis kerang purba yang saat ini hampir punah. Keindahan taman laut yang di dalamnya terdapat berbagai macam ikan, akan semakin memanjakan para penyelam.
Lokasi
Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
Akses
Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari Kota Ambon selama satu malam dengan harga tiket Rp 80.000.
Tiket
Setiap pengunjung tidak dikenakan biaya masuk ke lokasi.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Jasa pelayanan guide dapat membantu wisatawan untuk menggunakan alat-alat pancing, sekaligus menjelaskan proses penangkapan ikan cakalang yang dilakukan oleh nelayan.
Di Pulau Banda terdapat banyak toko yang menjual berbagai souvenir, seperti miniatur kapal dalam botol, anyaman bambu alat memetik pala dan benda-benda replika peninggalan Belanda dan Portugis. Terdapat pula beberapa guest house yang disewakan untuk menginap.
Profil Kabupaten Maluku Tengah
Kabupaten Maluku Tengah beribukota di Masohi ini memiliki luas wilayah secara keseluruhan 11.595,57 km2 terbagi menjadi 11 Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Seram di sebelah utara, Laut Banda di sebalah selatan, Kabupaten Buru di sebelah barat, serta Provinsi Papua di sebelah timur. Aktivitas perdagangan lebih mendominasi kegiatan perekonomian dan hanya bisa diungguli oleh aktivitas pertanian dalam arti luas: pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Di Maluku Tengah terdapat 10 pasar dengan pusat kegiatan tersier ini berada di Pasar Binaya di Kecamatan Kota Masohi, pasar ini melayani perdagangan besar dan eceran meliputi kebutuhan pokok hingga elektronika dengan distribusi barang-barang ke berbagai pulau di Kabupaten yang 92,4 persen wilayahnya berupa laut. Komoditas unggulan perkebunan daerah ini berupa cengkeh juga dikirim ke luar kabupaten untuk memasok kebutuhan industri rokok. Daerah penghasil cengkeh seperti Kecamatan Amahe, Kairatu, Seram Barat, Bula, Taniwel, Seram Utara, Werinama, Leihtu, Salahutu, pulau Haruku, Saparua, Nusa Laut, dan Tehoru. Komoditas unggulan perkebunan lainnya berupa pala dan fuli ini ditanam di Kecamatan Seram Timur, Leihitu, dan Saparua. Kelancaran angkutan disertai peningkatan keamanan telah mendorong ekspor komoditas hasil alam dapat semakin lancar dikirimkan ke berbagai negara tujuan. Produk ekspor terbesar Kabupaten yang bermotto Pamahanu Nusa yang berarti membangun nusa dan bangsa adalah akyu lapis hasil olahan dari hutan di Pulau Seram, selain itu juga terdapat kayu gergajian, kayu bulat, dan arang kayu diekspor ke Jepang, Belanda, Belgia, Aljazair, dan negara-negara di Timur Tengah. Hasil alam lain yang laku di luar negeri adalah ikan tuna dan udang dalam keadaan beku, kabupaten bergaris pantai 2.230 Km ini memang memiliki potensi besar dalam usaha perikanan.
Daerah ini juga memiliki potensi wisata yang bisa dikembangkan yang dapat memberikan pemasukan bagi kas daerah ini, obyek wisata yang beragam mulai dari pantai, goa, danau, air panas, taman laut, wisata budaya, hingga wisata ssejarah berupa rumah yang dahulu pernah ditempati oleh para pahlawan nasional dapat dikunjungi. Di sektor pertambangan, daerah ini juga memiliki potensi tambang berupa emas, mika hitam, gas bumi, batu bara, dan piryt akan membantu meningkatkan perekonomian daerah menyusul eksploitasi minyak bumi di Kecamatan Bula oleh perusahaan asing asal Australia bekerja sama dengan Pertamina dengan produksi 515 barrel per hari.
Daerah ini juga memiliki potensi wisata yang bisa dikembangkan yang dapat memberikan pemasukan bagi kas daerah ini, obyek wisata yang beragam mulai dari pantai, goa, danau, air panas, taman laut, wisata budaya, hingga wisata ssejarah berupa rumah yang dahulu pernah ditempati oleh para pahlawan nasional dapat dikunjungi. Di sektor pertambangan, daerah ini juga memiliki potensi tambang berupa emas, mika hitam, gas bumi, batu bara, dan piryt akan membantu meningkatkan perekonomian daerah menyusul eksploitasi minyak bumi di Kecamatan Bula oleh perusahaan asing asal Australia bekerja sama dengan Pertamina dengan produksi 515 barrel per hari.
Subscribe to:
Posts (Atom)