Total Pageviews

Thursday, March 24, 2011

'Air' Hangat dari Pulau Seram

Seram - Minyak kayu putih seakan sudah akrab bagi sebagian besar masyarakat. Terlebih bagi mereka yang memiliki anak balita. Para orang tua kerap membalurkan minyak kayu putih di bagian tubuh anak yang mengalami sakit, atau hanya sekadar membalurkannya untuk menghangatkan badan sehabis mandi.

Mungkin kebanyakan orang menyangka minyak kayu putih berasal dari kayu dari pohon kayu putih (Melaleuca Leucadendra). Namun anggapan itu salah, minyak itu adalah saripati daun-daun pohon kayu putih yang didapat lewat proses penyulingan. Detikcom yang ikut dalam perjalanan Sail Banda 2010 memiliki kesempatan mengunjungi Pulau Seram, Maluku. Penyulingan minyak kayu putih rata-rata masih menggunakan cara tradisional, yakni dengan memasak daun-daun kayu putih di dalam sebuah tong besar. Hal ini seperti yang dilakukan Ode, warga Kotania, Kabupaten Seram Bagian Barat, Sabtu (31/7/2010).

Di tengah-tengah puluhan hektar lahan yang ditanami pohon kayu putih, Ode, sedang asik mengawasi daun-daun pohon direbus dalam dua tong besar berdiameter 1 meter dan dengan tinggi 1 meter. Kayu dari pohon justru ia gunakan sebagai bahan bakarnya.

"Butuh delapan jam, agar minyak bisa menguap," kata Ode.

Di dua tong itu tengah direbus masing-masing 400 kg daun. Tong tersebut di tutup rapat, namun di bagian atasnya diberi pipa yang mengarah ke bawah sampai ujung pipa lebih rendah dari dasar tong.

Di sebelah masing-masing dua tong rebusan itu juga diberi tong yang diisi air untuk mendinginkan pipa yang menyalurkan uap, sehingga uap itu mengembun.

Hasilnya, dari ujung pipa itu keluarlah minyak kayu putih yang masih tercampur dengan air. Minyak kayu putih yang belum murni itu ditampung dalam sebuah jeriken.

"Di jeriken ini bisa dibedakan mana minyak dan mana air. Minyak di atas, dan air di bawah," kata Ode sambil membocorkan sedikit bagian bawah jeriken sehingga air itu keluar.

Untuk lebih memurnikan lagi, biasanya minyak dari jeriken itu disaring lagi dengan menggunakan bantalan kapas.

"Dari 400 kg tiap tong, bisa didapat 3,5 kg minyak murni," kata Ode.

Ode mengatakan, minyak kayu putih hasil penyulingan itu biasanya dijual ke para pengepul yang mendatangi tempat-tempat penyulingan. Setiap kilogram minyak dihargai Rp 130.000,-

Oleh para pabrik, minyak kayu putih itu diolah dalam bentuk kemasan-kemasan yang banyak dijumpai di pasaran. Begitulah minyak yang kerap dibalurkan di tubuh Anda berasal. Untuk mengetahui kemurniannya, Anda perlu merasakan sendiri saat air hangat dari Pulau Seram itu keluar dari pipa penyulingan.
(lrn/ape)

No comments:

Post a Comment